Sabtu, 16 Juni 2012

MIB 3 / MEN IN BLACK 3 : ALIENS, TIME TRAVEL, FRIENDSHIP AND HIP!



MIB 3 / MEN IN BLACK 3

Sutradara : Barry Sonnenfeld

Produksi : Amblin Entertainment, Parkes & MacDonald Image Nation, Columbia Pictures, 2012

Oh yeah. Sejak awal kemunculannya di tahun 1997 sebagai adaptasi dari komik Marvel kreasi Lowell Cunningham dengan segudang kesuksesan termasuk bertengger di nominasi Oscar untuk beberapa kategori teknis, dan tentunya massive box office, kita semua tahu, bahwa ‘Men In Black / MIB’, memang layak dijadikan franchise. Apalagi, ini adalah produksi Amblin Entertainment-nya Steven Spielberg, dengan Barry Sonnenfeld sebagai sutradara yang bukan juga sembarangan. Konsepnya simpel, a sci-fi buddy movie yang mempertemukan keseriusan Tommy Lee Jones dengan tingkah ngocol Will Smith, dengan sempalan pop culture yang semakin menyeruak di sekuelnya, dan pastinya, pameran efek spesial berbagai macam bentuk alien yang menyaru sebagai manusia dalam peradaban kita.



Sekuelnya memang memakan jarak cukup lama, 5 tahun setelah kesuksesan yang pertama. Kritikus memaki, namun box office bicara. Penonton masih bisa menelan konsep itu dengan excitement setinggi harapan studio, dan franchisenya meluas ke videogames, serial animasi, and more comics. Potensi-potensi dari film pertama semakin dikembangkan ke wilayah komedi dan sempalan pop culture yang membuat joke-joke baru atas tingkah-polah selebritis yang di-mock sebagai alien. Tapi faktor aksi dan efek spesialnya juga digenjot. Tak heran, sebagai hiburan sekelas blockbuster, ‘MIB’ makin berjaya. Ah ya. Don’t mind the so-called serious critics. Kita masih tertawa dan terhibur kok dengan apa yang ditawarkan mereka. In short, a sequel that everyone wants.




So, tak ada yang menyangka kalau sekuel berikutnya sampai harus memakan waktu lebih lama lagi. 10 tahun, dengan pengembangan unik dari premis yang ditawarkan Smith ke Sonnenfeld di set sekuel 2002-nya yang terbentur di paradox time travel yang dirasa sulit serta jarang mendeskripsikan teori fisika kuantum yang sahih dalam film-film mereka. Dan jarang-jarang ada di Hollywood untuk ukuran blockbusters, malah ini dianggap pertama kali, dimana penuntasan skenario itu dilakukan sambil syuting berjalan. Toh mereka yakin, duo Smith dan Jones akan masih sakti membawa antrian penonton ke bioskop. After all, David Koepp dan Jeff Nathanson yang dibawa untuk menyelesaikan draft awal dari Etan Cohen, berhasil meng-update petualangan dua agen ini ke wilayah baru tanpa memupuskan potensi kekuatannya di efek yang makin berkembang berikut pop culture-nya, kali ini lengkap dengan sejarah krisis ekonomi, sport serta teknologi keangkasaan mereka, dan ini yang terpenting. Dalam trend sekarang, it has a twist. An ultimate one, plus gimmick 3D dan karakter baru (well, not particularly) yang membuat judul serta tampilan poster sesuai dengan nomor sekuelnya. Ada pula Pitbull di theme song barunya. So here comes the ‘Men In Black’. Again. And they won’t, oops, no, they will let you remember.



‘MIB 3’ pun dibuka dengan pelarian penjahat berbahaya pemakan planet, Boris The Animal (Jemaine Clement), dari penjara alien super ketat. Tujuannya hanya satu, menuntaskan dendamnya pada agen K (Tommy Lee Jones) yang meringkusnya dulu hingga memutuskan sebelah tangannya, walau harus melakukan perjalanan lintas waktu untuk membunuh K muda (Josh Brolin) di tahun 1969. K tahu rencana ini adalah jalan buntu bagi keselamatannya, maka Agen J (Will Smith) pun harus menyusul kesana untuk menggagalkan rencana ini, meski ini berarti bakal membahayakan eksistensinya sendiri untuk bisa kembali lagi.



Rentang waktu 10 tahun ternyata tak membuat Smith dan Jones kehilangan chemistry kompak mereka di tengah kontrasnya karakterisasi agent J dan K dalam franchise ini, namun yang paling juara dalam sekuel ini adalah penampilan Josh Brolin sebagai versi muda Tommy Lee Jones. Even if we already knew, tampilan Tommy Lee Jones di awal-awal karirnya lumayan jauh dari Brolin, usaha Brolin untuk melakukan mimicking terhadap karakter agen K yang selama ini kita lihat benar-benar tampil dengan sangat meyakinkan, as he was really a part in Jones’ metamorphosis. Raut, postur serta gestur itu jadi terlihat benar-benar mirip dan unbelievably perfect.



Selain kesempurnaan karakterisasi itu, semua unsur wajib ‘MIB’ juga tak lari sedikitpun dari yang sudah-sudah. Efek spesial keren, black suits and raybans, senjata-senjata unik serta ‘neuralyzer’ scene khasnya dan tampilan-tampilan aliens dengan gimmick 3D yang terasa sangat eyecandy di paruh awal meskipun tak begitu menggebrak lagi di bagian-bagian final, humor-humor serta tampilan pop culture di akhir ‘60an dalam sinkronisasi sejarahnya, plus Emma Thompson sebagai agen O, pimpinan MIB pasca Rip Torn, Michael Stuhlbarg sebagai Griffin, Jemaine Clement sebagai villain dan cameo Nicole Scherzinger juga tampil sebagai sempalan yang tak kalah menarik dalam koridor franchisenya. Skor yang tetap dibesut oleh Danny Elfman pun bekerja dengan efektif di tiap adegannya. Meski paradox time travel dalam premisnya sedikit berlarian, tapi dalam konteksnya sebagai sci-fi comedy, terlebih dengan tendensinya membangun thrill-thrill dalam plotnya, sah saja.



Namun tak ada yang lebih baik dari keputusan final Sonnenfeld bersama Koepp dan Nathanson untuk membelokkan plotnya ke atmosfer beda di tengah eksperimen mereka mengembangkan skrip sambil syuting berjalan. That beautiful twist, sebagai sebuah part tentang friendship between J and K, muncul dengan solid membawa feel yang tak akan pernah kita bayangkan bakal ada dalam franchise ‘MIB’. You’ll end up cheering for more seperti Smith dan Jones yang langsung menyatakan kesediaan mereka tampil lagi di sekuel berikutnya jika ada. An ultimate way to fall in love all over again with these characters, and for that, meski sekuel ini akan sedikit kehilangan humor-humor gilanya, this sequel absolutely stands as the best in the series. Here comes the ‘Men In Black’. Our galaxy defenders!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tolong kritik dan saran demi kemajuan blog kami